Sunday, December 04, 2005

Tentang Awal dan Mira

Sebuah Tanggapan Atas Drama Awal dan Mira Karya Utuy Tatang Sontani

Lagu-lagu cinta dari abad ke abad, masa ke masa berseliweran di telinga kita. Mulai dari kisah cinta klasik antara The Great Alexandre dan Cleopatra atau kisah yang sangat popular di kalangan suku Arab yaitu berupa cerita Laila Majnun, hingga lagu-lagu cinta yang dipopulerkan oleh grup-grup musik semacam Westlife, AirSupply, hingga Dewa dan sebangsanya di Republik Indonesia. Ya, tema cinta memang sejauh nasab hingga Adam dan Hawa, inspirasi yang bisa digali di dalamnya pun bak seluas samudera hindia, seolah tak pernah habis meski kita tahu yang dibahas tak pernah lebih sepeutar itu-itu saja, dan ya, omongan begitu-begitu juga. Dalam cerita pada drama Awal dan Mira karangan sastrawan Utuy Tatang Sontani ini, kita pun disuguhi lagi dengan tema serupa itu. Drama ini mengisahkan tentang betapa berat dan sangatnya seorang pemuda bernama Awal mencintai saudari Mira.
Tak pelak lagi, yang akan kita ketemui adalah semacam umbaran-umbaran kata-kata penuh gelora asmara dari seorang jejaka kepada wanita dambaannya. Begitulah dalam drama ini, Awal kerap mengeluarkan jurus-jurus cumbuan mayutnya berupa kata-kata yang sangat hiperbolis guna meruntuhkan hati seorang Mira. Diperlihatkan pula, layaknya memang untuk sebuah cerita cinta, sang gadis pun terlihat seolah jual mahal terhadap maksud hati sang pria. Kebetulan sang Gadis memang terkenal kecantikannya, sehingga jadi semakin tak gampanglah si Awal untuk tanpa persaingan bakal mendapatkannya. Tapi, ibarat judul sebuah film, ada yang tak biasa. Jika kita anggap bahwa drama ini adalah sama adanya dengan sejumlah karya sastra yang dianggap picisan dan konvensionil, saya kira taklah terlalu tepat pula. Ada sejumlah perihal dalam pengaluran atau penyebaban dalam kisah drama ini yang cukup membuat kita bisa menilai bahwa kisah tak dibuat semena-mena begitu saja, alias biasa-biasa saja, alias tak orisinil atau cuma mengulang plot yang sudah umum dalam kisah serupa. Ada keistimewaan tersendiri dalam drama ini untuk memandangnya sebagai sebuah karya sastra, meski dengan tema umum dan klise cinta, namun….
Pertama adalah sebab-sebab kondisi psikologis tokoh Awal yang memungkinkan dan melebih logiskan baginya untuk mampu mengucapkan ucapan-ucapan yang sangat dahsyat dan berlebihan dalam mengutarakan cintanya pada Mira. Ia adalah seorang keturunan Menak yang dianggap mengalami tekanan psikologis ketika berada di jaman revolusi atau perang seperti pada settingan latar drama ini. Asal usulnya itu juga memungkinkan buat dia menjadi seorang yang cukup cerdas dan terampil berbahasa, juga kemampuan dia dalam memberikan penilaian terhadap berbagai persoalan-persoalan hidup. Meski penilaiannya terlihat sinis, namun jangan-jangan ia memang telah punya kemampuan akademis untuk itu. Kemudian yang kedua adalah alasan bagi Mira untuk terlihat seolah menghindar dari Awal. Terakhir baru kita ketahui bahwa ia ternyata seorang gadis cantik berkaki buntung.
Akhirnya, setidaknya dua fakta ini dapat kita jadikan alasan untuk membedakan kisah cinta Awal dan Mira ini dari kisah-kisah yang lain yang terlihat lebih klise dan dibuat-buat. Sebab itu juga drama ini menjadi lebih rasional terlihat kuat dari segi bahasa. Terlepas dari segikekurangan dalam hal lain.***

2 comments:

paembonan_ernhy said...
This comment has been removed by the author.
paembonan_ernhy said...

mas blh donk naskahnya diposting... plizzzz...